kepentingan

Semua orang punya kepentingan. Entah itu adalah penting atau tidak. Sebab kepentingan menjadi sesuatu yang relatif ketika tidak hanya diri kita sendiri yang mementingkannya. Jika kita sendiri yang memandang penting suatu kepentingan maka bisalah kita menyebut itu kepentingan pribadi. Namun bisa jadi tidak hanya kepentingan diri sendiri. Bisa jadi adalah kepentingan “bersama” (untuk kepentingan pribadi). Kepentingan “bersama” juga bisa jadi adalah kepentingan – kepentingan pribadi yang bersepakat. Sepakat mengakui bahwa ini atau itu adalah penting. Lagi – lagi kata kepentingan hanya memiliki maknanya sendiri. Makna bagi yang menganggapnya penting.

Kepentingan adalah alasan. Alasan bagi siapapun untuk melakukan sesuatu. Siapapun bisa pergi ke tempat ibadah dengan berbagai kepentingannya. Kepentingan untuk dilihat banyak orang di rumah ibadah, kepentingan untuk melihat banyak orang di rumah ibadah, kepentingan untuk dilihat oleh seseorang di rumah ibadah, kepentingan untuk melihat seseorang di rumah ibadah. Seorang yang berkhotbah di rumah ibadah mungkin punya kepentingan untuk didengar oleh seseorang saja, sekolompok saja atau seluruh jemaatnya. Jemaat lebih – lebih lagi karena jemaat tidak hanya satu. Bisa saja kepentingannya untuk mendengar seseorang yang berkhotbah, untuk kepentingan kelompoknya, untuk memuaskan matanya saja, untuk merenungi dirinya saja, untuk merenungi orang dibelakangnya saja atau seperti saya yang kurang kerjaan menerka – nerka kepentingan mereka. Sebenarnya hanya satu saja kepentingan ketika ada di rumah ibadah bagi dia yang berkhotbah, bagi dia yang memandu, bagi dia yang bernyanyi, dan bagi dia yang merenung, yaitu kepentingan akan Tuhan. Padahal dengan mengutamakan kepentingan yang satu ini saja, banyak hal yang tak terduga yang akan kita peroleh. Contohnya saja melihat seorang peri tak jauh dari bangkumu, lalu hatimu bersuka ria memuji nama Tuhan (sekarang kepentingan apa yang akan berlanjut ?)

Namun, lingkungan (baca saja sebagai lingkungan yang buruk) mengubah arah kepentingan kita. Lingkungan yang membiasakan orang tidak disiplin akan memudahkan seseorang untuk meremehkan kepentingan orang lain. Lingkungan yang membiasakan seseorang untuk “tahu segala – galanya” akan memudahkan seseorang membicarakan kepentingan seseorang dengan gaya bicaranya masing – masing. Lingkungan yang membiasakan seseorang. Lingkungan yang membiasakan orang menjadi aji mumpung akan memudahkan orang untuk menghiraukan semua kepentingan. Lingkungan yang baik takkan memungkinkan seseorang untuk tidak menghargai kepentingan orang lain. Kita bisa karena kita mau. Kita bisa bangun telat karena kita mau, kita bisa menunda – nunda tugas karena kita mau, kita bisa bergosip karena kita mau, kita bisa menyuruh – nyuruh karena kita mau, atau lagi – lagi seperti saya dan mereka – mereka juga yang masih menganggur karena itu yang kami mau ?

Lain lagi “kepentingan” mereka yang sudah bekerja. Mereka yang berada di atas,merasa lebih tahu tentang banyak hal. Padahal tanpa perlu berada di atas, banyak hal yang bisa kita tahu. Contoh yang paling dekat adalah dari seorang bapak guru. Ketika seseorang kompeten di bidangnya, maka yang paling tepat adalah menaruhkan suatu masalah di bidangnya kepada dia. Ketika seseorang membuat sebuah soal, maka seharusnya sang pembuat soal yang tahu segala seluk beluk dari sebuah soal. Lalu, yang sepatutnya adalah menjadikan dia hakim bagi orang – orang yang ingin menjawab persoalan itu. Namun segala sesuatu akan berubah oleh sebuah “kepentingan” dari mereka yang berada di atas. Beradalah seorang hakim lain yang hanya tahu standar dari soal. Hakim lain yang muncul dari sebuah kepentingan. Hasilnya, hakim lain tetap mencari hakim yang sesungguhnya. Memang, kepentingan yang di atas tercapai. Tetapi andai saja yang di atas dapat melihat dengan lebih jernih (andai ia pakai Indovision) maka kepentingan takkan mengubah kompentensi seseorang. Malahan akan menonjolkan kompetensi seseorang tersebut, di luar kepentingan yang di atas adalah untuk kepentingan ini.

Baiknya, janganlah memandang kepentingan sebagai ego semata. Pandanglah kepentingan dengan menggunakan indovision. 😆